1.
Berdirinya dinasti
Al-ayyubiyah
Bani Ayyubiyah
merupakan keturunan Ayyub suku Kurdi. Pendiri dinasti ini adalah Salahuddin
Yusuf al-Ayyubi putra dari Najamuddin bin Ayyub. Pada masa Nuruddin Zanki
(Gubernur Suriah dari bani Abbasiyah), Salahuddin diangkat sebagai kepala
garnisum di Balbek.
Kehidupan
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi penuh dengan perjuangan dan peperangan. Semua itu
dilakukan dalam rangka menunaikan tugas negara untuk memadamkan sebuah
pemberontakan dan juga dalam menghadapi tentara salib.
Perang yang
dilakukannya dalam rangka untuk mempertahankan dan membela agama. Selain itu
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi juga seorang yang memiliki toleransi yang tinggi
terhadap umat agama lain, hal ini terbukti:
a.
Ketika beliau menguasai
Iskandariyah ia tetap mengunjungi orang-orang kristen
b.
Ketika perdamaian tercapai
dengan tentara salib, ia mengijinkan orang-orang kristen berziarah ke Baitul
Makdis.
Keberhasilan
beliau sebagai tentara mulai terlihat ketika ia mendampingi pamannya Asaduddin
Syirkuh yang mendapat tugas dari Nuruddin Zanki untuk membantu Bani Fatimiyah
di Mesir yang perdana menterinya diserang oleh Dirgam. Salahuddin Yusuf
al-Ayyubi berhasil mengalahkan Dirgam, sehingga beliau dan pamannya mendapat
hadiah dari Perdana Menteri berupa sepertiga pajak tanah Mesir. Akhirnya
Perdana Menteri Syawar berhasil menduduki kembali jabatannya pada tahun 1164 M.
Tiga tahun
kemudian, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi kembali menyertai pamannya ke Mesir. Hal
ini dilakukan karena Perdana Menteri Syawar bersekutu/ bekerjasama dengan
Amauri yaitu seorang panglima perang tentara salib yang dulu pernah membantu
Dirgam. Maka terjadilah peperangan yang sangat sengit antara pasukan Salahuddin
dan pasukan Syawar yang dibantu oleh Amauri. Dalam. Dalam peperangan tersebut
pasukan Salahuddin berhasil menduduki Iskandariyah, tetapi ia dikepunt dari
darat dan laut oleh tentara salib yang dipimpin oleh Amauri. Akhirnya peperangan
ini berakhir dengan perjanjian damai pada bulah Agustus 1167 M, yang isinya
adalah sebagai berikut:
a.
Pertukaran tawanan perang
b.
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
harus kembali ke Suriah
c.
Amauri harus kembali ke
Yerusalem
d.
Kota Iskandariyah
diserahkan kembali kepada Syawar.
Pada tahun
1169, tentara salib yang dipimpin oleh Amauri melanggar perjanjian damai yang
disepakati dahulu yaitu Dia menyerang Mesir dan bermaksud untuk menguasainya.
Hal itu tentu saja sangat membahayakan keadaan umat islam di Mesir, karena:
a.
Mereka banyak membunuh
rakyat di Mesir
b.
Mereka berusaha menurunkan
Khalifah al-Adid dari jabatannya
Khalifah
al-Addid mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai Perdana Menteri Mesir pada tahun
1169 M. ini merupakan pertama kalinya keluarga al-Ayyubi menjadi Perdana
Menteri, tetapi sayang beliau menjadi Perdana Menteri hanya dua bulan karena
meninggal dunia. Khalifal al-Adid akhirnya mengangkat Salahuddin Yusuf
al-Ayyubi menjadi Perdana Menteri menggantikan pamannya Asaduddin Syirkuh dalam
usia 32 tahun. Sebagai Perdana Menteri beliau mendapati gelah al-Malik an-Nasir
artinya penguasa yang bijaksana.
Setelah
Khalifah al-Adid (Khalifah Dinasti Fatimah) yang terakhir wafat pada tahun 1171
M, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi berkuasa penyh untuk menjalankan peran keagamaan
dan politik. Maka sejak saat itulah Dinasti Ayyubiyah mulai berkuasa hingga
sekitar 75 tahun lamanya.
2.
Penguasa-penguasa Dinasti
Al-Ayyubiah
Selama lebih
kurang 75 tahun dinasti Al-Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9 orang penguasa yakni
sebagai berikut:
1.
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi
(1171-1193 M)
2.
Malik Al-Aziz Imaduddin
(1193-1198 M)
3.
Malik Al-Mansur Nasiruddin
(1198-1200 M)
4.
Malik Al-Adil Saifuddin,
pemerintahan I (1200-1218 M)
5.
Malik Al-Kamil Muhammad
(1218-1238 M)
6.
Malik Al-Adil Sifuddin,
pemerintahan II (1238-1240 M)
7.
Malik As-Saleh Najmuddin
(1240-1249 M)
8.
Malik Al-Mu’azzam Turansyah
(1249-1250 M)
9.
Malik Al-Asyraf Muzaffaruddin
(1250-1252 M)
Dalam uraian berikut akan dibahas
mengenai penguasa-penguasa yang menonjol, yaitu:
1.
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi
(1171-1193 M)
2.
Malik Al-Adil Saifuddin,
pemerintahan I (1200-1218 M)
3.
Malik Al-Kamil Muhammad
(1218-1238 M)
1.
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi
(1171-1193 M)
Salahuddin
Yusuf Al-Ayyubi tidak hanya dikenal sebagai seorang panglima perang yang gagah
berani dan ditakuti, akan tetapi lebih dari itu, beliau adalah seorang yang
sangat memperhatikan kemajuan pendidikan. Salah satu karya monumental yang
disumbangkannya selama beliau menjabat sebagai sultan adalah bangunan sebuah
benteng pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang dibangun di Kairo pada
tahun 1183 M.
Selain itu
beliau juga merupakan salah seorang Sultan dari dinasti Ayyubiyah yang memiliki
kemampuan memimpin. Hal ini diketahui dari cara Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi
dalam mengangkat para pembantunya (Wazir) yang terdiri dari orang-orang cerdas
dan terdidik. Mereka antara lain seperti Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib
Al-Isfahani. Sementara itu sekretaris pribadinya bernama Bahruddin bin Syadad,
yang kemudian dikenal sebagai penulis Biografinya.
Salahuddin
Yusuf Al-Ayyubi tidak membuat suatu kekuasaan yang terpusat di Mesir. Beliau
justru membagi wilayak kekuasaannya kepada saudara-saudara dan keturunannya. Hal
ini mengakibatkan munculnya beberapa cabang dinast Ayyubiyah berikut ini:
a.
Kesultanan Ayyubiyah di
Mesir
b.
Kesultanan Ayyubiyah di
Damaskus
c.
Keamiran Ayyubiyah di
Aleppo
d.
Kesultanan Ayyubiyah di
Hamah
e.
Kesultanan Ayyubiyah di
Homs
f.
Kesultanan Ayyubiyah di
Mayyafaiqin
g.
Kesultanan Ayyubiyah di
Sinjar
h.
Kesultanan Ayyubiyah di
Hisn Kayfa
i.
Kesultanan Ayyubiyah di
Yaman
j.
Keamiran Ayyubiyah di Kerak
Salahuddin
Yusuf al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan
mazhab sunni. Melihat keberhasilannya itu Khlaifah al-Mustadi dari Bani
Abbasiyah memberi gelar kepadanya al-Mu’izz li Amiiril mu’miniin (penguasa yang
mulia). Khalifah al-Mustadi juga memberikan Mesir, an-Naubah, Yaman, Tripoli,
Suriah dan Maghrib sebagai wilayah kekuasaan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi pada
tahun 1175 M. sejak saat itulah Salahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal
Muslimiin (Pemimpin umat ilam dan kaum muslimin).
Di antara
orang-orang yang iri dan melakukan pemberontakan terhadap Salahuddi Yusuf
al-Ayyubi adalah sebagai berikut:
a.
Pemberontakan yang
dilakukan Nuruddin Zanki, ia memberontak karena kebesaran namanya tersaingi
oleh Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
b.
Pemberontakan yang
dilakukan Hijab (Kepala rumah tangga Khalifah al-Adid), ia memberontak karena
merasa hak-haknya banyak dikurangi.
c.
Pemberontakan yang
dilakukan oleh kaum Asassin yang dipimpin oleh Syakh Sinan karena merasa
tersaingi.
d.
Pemberontakan yang
dilakukan Zanki, kelompok ini merupakan permbela Al-Malik as-Salih yang
bersekongkol dengan al-Gazi (penguasa Mosul dan paman Malik as-Salih Ismail)
yang beusaha menjatuhkan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi karena merasa tersaingi.
Perang
melawan tentara salib yang pertama adalah melawan Amalric 1, taja Yerusalem,
yang kedua melawan Baldwin IV (putra Amalric 1), yang ketiga melawan Raynald de
Chatillon (penguasa benteng Karak di sebelah tidur laut mati), yang keempat
melawan Raja Baldwin V sehingga kota-kota seperti Teberias, Nasirah, Samaria,
Suweida, Beirut, Batrun, Akra, Ramalah, Gaza Hebron dan Baitul Maqdis berhasil
dikuasai oleh Salahuddin Yusuf al-Ayyubi.
Selain
Clement III, para penguasa Eropa yang membantu dalam perang melawan Salahuddin
Yusuf al-Ayyubi adalah:
a.
Philip II, Raja Prancis
b.
Rivhard I, The Lion Heart
(Hati Singa), Raja Inggris
c.
William, raja Sisilia
d.
Frederick Barbafossa,
Kaisar Jerman
Setelah
perang melawan tentara salib selesai, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi memindahkan
pusat pemerintahannya dari Mesir ke Damaskus, dan dia meninggal di sana pada
tahun 1193 M dalam usia 57 tahun.
2.
Malik Al-Adil Saifuddin,
pemerintahan I (1200-1218 M)
Sering
dipanggil Al-Adil nama lengkapnya adalah al-Malik al-Adil saifuddin Abu Bakar
bin Ayyub. Dari nama Sifuddin inilah tentara salib memberi julukan Saphadin.
Beliau putra Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara muda Salahuddin Yusuf
al-Ayyubi.
Setelah kematian
Salahuddin, Ia menghadapi pemberontakan dari Izzuddin di Mosul. Ia juga
menentukan siapa yang berhak menjadi penguasa ketika terjadi perselisihan
diantara anak-anak Salahuddin Yusuf al-Ayyubi yaitu al-Aziz dan al-Afdal. Setelah kematian al-Aziz. al-Afdal
berusaha meduduki jabatan Sultan, akan tetapi al-Adil beranggapan al-Afdal
tidak pantas menjadi Sulatan. Akhirnya terjadilah peperangan antara keduanya,
al-Adil nberhasil mengalahkan al-Afdal dan beliau menjadi Sultan di Damaskus.
Al-Adil
merupakan seorang pemimpin pemerintahan danpengatur strategi yang berbakat dan
efektif.
3.
Malik Al-Kamil Muhammad
(1218-1238 M)
Nama lengkap
al-Kamil adalah al-Malik al-Kamil Nasruddin Abu al-Maali Muhammad. Selain
dipuja karena mengalahkan dua kali pasukan salib ia juga dicaci maki karena
menyerahkan kembali kota Yerusalem kepada orang Kristen.
Al-Kamil
adalah putra dari al-Adil. Pada tahun 1218 al-Kamil memimpin pertahanan
menghdapi pasukan salib yang mengepung kota Dimyat (Damietta) dan kemudian
menjadi Sulatan sepeninggal ayahnya. Pada tahun 1219, Ia hampir kehilangan
takhtanya karena konserpasi kaum kristen koptik. Al-Kamil kemudian pergi ke
Yaman untuk menghindari konspirasi itu, akhirnya konspirasi itu berhasil
dipadamkan oleh saudaranya bernama al-Mu’azzam yang menjabat sebagai gubernur
Suriah.
Pada bulan
Februari tahun 1229 M, al-Kamil menyepakati perdamaian selama 10 tahun
denga Federick II, yang berisi antara
lain:
a.
Ia mngembalikan Yerusalem
dan kota-kota suci lainnya kepada pasukan salib
b.
Kaum muslimin dan yahudi
dilarang memalsuki kota itu kecuali disekitar Masjidil Aqsa dan Majid Umar.
Al-Kamil
meninggal dunia pada tahun 1238 M. Kedudukannya sebagai Sultan digantikan oleh
Salih al-Ayyubi.
2.
Berakhirnya dinasti
Ayyubiyah
Runtuhnya
Dinasti Ayyubiyah dimulai pada masa pemerintahan Sultan As-Salih. Setelah
As-Salih meniggal pada tahun 1249 M, kaum Mamluk mengangkati estri As-Salih,
Syajaratud Durr sebagai Sultanah. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan
Dinasti Ayyubiah di Mesir. Medkipun demikian dinasti Ayyubiyah masih berkuasa
di Suriah. Pada tahun 1260 M. tentara Mongol hendak menyerbu Mesir. Komando
tentara Islam dipegang oleh Qutuz, panglima perang Mamluk. Dalam pertempuran di
Ain Jalut, Qutuz berhasil mengalahkan tentara Mongol dengan gemilang.
Selanjutnya, Qutuz mengambil alih Kekuasaan Dinasti Ayyubiyah. Sejak itu,
berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah.
3.
Kemajuan dinasti
Al-ayyubiyah
Sebagaimana
Dinasti-Dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang
gemilang dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu
mencakup berbagai bidang, diantaranya adalah :
a.
Bidang Arsitektur dan
Pendidikan
Penguasa
Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini
ditandai dengan dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat
pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar
al Hadist al-Kamillah juga dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok
hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam
bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa Arab, bangunan masjid di
Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.
b.
Bidang Filsafat dan
Keilmuan
Bukti
konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang
Arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang
kedokteran ini telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat
pikiran.Dinasti Ayyubiyah akhirnya berhasil merebut Mesir dari tangan Fathimiyyah.
Dinasti ini didirikan oleh Salah Al Din Al-Ayyubi, seorang Kurdi yang beraliran
Sunni. Ketika Ayyubiyah dibawah kekuasaannya perkembagangan yang dialami cukup
pesat. Baik dibidang industri, pertanian, perdagangan, pendidikan, arsitektur,
militer, dan filsafat serta keilmuan. Sedangkan peninggalan yang terpenting
adalah Dar al Hadits Al Kamiliyah yang dibangun pada tahun 1222 M untuk
mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab
hukum sunni. Keberhasilannya yang gemilang adalah dapat menumpas
tentara-tentara Salib dan mempersatukan kembali umat Islam di jalan yang sama.
Kondisi ini tidak berlangsung lama, sepeninggal Salahuddin karena demam yang
dideritanya tahun 1193 M, Ayyubiyah mulai menampakkan kemunduran. Dinasti ini
mulai terkoyak oleh perselisihan intern keluarga sepeninggal Al-Kamil. Pada
saat itu pemberontakan yang dilakukan oleh budak (Mamaliknya). Resimen inilah
yang akhirnya dapat menaklukkan Ayyubiyah di bagian Barat pada tahun 1250 M.
Sedangkan Ayyubiyah di Syiria ditaklukan oleh Mongol.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking