1.
Berdiri
tegak menghadap kiblat, pandangan ke arah tempat sujud, kemudian
lakukan takbiratul ihram.
Rasulullah SAW dalam melaksanakan Shalat fardhu dan
sunnah menghadap kiblat. Beliau pun memerintahkannya demikian dalam sabdanya
kepada orang yang tidak benar Shalatnya, ”Bila engkau berdiri untuk melakukan
Shalat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu
bertakbirlah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam perjalanannya Rasulullah SAW biasanya melakukan
Shalat sunnah diatas kendarannya (unta). Beliau juga melakukan witir diatas
kendaraannya dan mengadap kemana saja kendaraannya menghadap (timur maupun
barat). Allah berfirman dalam QS al-Baqarah ayat 115 (artinya)
”Maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah”.
Dalam riwayat Bukhari dan Ahmad disebutkan bahwa
apabila hendak melakukan sholat fardhu, Rasulullah SAW turun dari tunggangannya
lalu menghadap kiblat.
2.
Angkat kedua
tangan sejajar pundak atau telinga, hadapkan telapak tangan ke arah kiblat, dan
ucapkan Allahu akbar.
Dalam hadits riwayat Muslim dan
Ibnu Majah, disebutkan bahwa Rasulullah SAW membuka Shalatnya dengan ucapan
Allahu Akbar (Allah Maha besar). Beliaupun memerintahkan demikian kepada orang
yang tidak benar dalam Shalatnya, sebagaimana sabda Beliau SAW
”Tidaklah Shalat seseorang itu
menjadi sempurna sampai ia berwudhu dengan benar, lalu berkata Allahu Akbar”(HR
Thabrani)
Dalam hadits riwayat Ahmad dan
Hakim disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengangkat suaranya dalam takbir sehingga
terdengar oleh orang-orang yang makmum dibelakangnya.
Rasulullah SAW bersabda ”Apabila
imam mengucapkan Allahu Akbar, maka katakanlah Allahu Akbar” (HR Ahmad dan
Baihaqi).
Terkadang Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya
sambil mengucapkan takbir, dan terkadang mengangkatnya setelah takbir, dan
terkadang (mengangkat tangan) setelah ucapan takbir.
3.
Bersedekap,
dengan meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri,
atau di atas pergelangan atau lengan tangan kiri.
Nabi SAW meletakkan tangan kanan diatas punggung
tangan kirinya, pergelangan dan lengan (HR Abu Daud, Nasa’I dan Ibnu Khuzimah
dengan sanad yang benar dan disahkan oleh Ibnu Hibban.), dan memerintahkan
demikian kepada sahabat-sahabatnya
4.
Letakkan
tangan di depan dada. Tetap tundukkan pandangan ke arah tempat sujud.
Beliau SAW meletakkan keduanya diatas dada (HR Abu
Daud dan Ibnu Khuzaimah)
5.
bacalah
doa iftitah dengan pelan:
1.
“Subhaanaka Allahumma wa bihamdika, wa tabaarakasmuka, wa ta’alaa
jadduka, walaa ilaha ghaiyruka”.
“Artinya : Maha Suci
Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, kedudukan-Mu sangat agung, dan
tidak ada sembahan yang hak selain Engkau”.
2.
“ALLAHUUMMA BA’ID BAINII WA BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA BAA’ADTA
BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIBI, ALLAAHUMMA NAQQINII MIN KHATHAAYAAYA KAMAA
YUNAQQATS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANAS. ALLAAHUMMAGHSILNII MIN KHATHAAYAAYA BIL
MAA’I WATS TSALJI WAL BARADI”
artinya:
“Ya, Allah, jauhkanlah
antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur
dan barat. Ya, Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana
baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya, Allah cucilah aku dari
kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun.” (HR. Bukhari, Muslim dan
Ibnu Abi Syaibah).
3.
“WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA HANIIFAN
[MUSLIMAN] WA MAA ANA MINAL MUSYRIKIIN. INNA SHOLATII WANUSUKII WAMAHYAAYA
WAMAMAATII LILLAHI RABBIL ‘ALAMIIN. LAA SYARIIKALAHU WABIDZALIKA UMIRTU WA ANA
AWWALUL MUSLIMIIN. ALLAHUMMA ANTAL MALIKU, LAA ILAAHA ILLA ANTA [SUBHAANAKA WA
BIHAMDIKA] ANTA RABBII WA ANA ‘ABDUKA, DHALAMTU NAFSII, WA’TARAFTU BIDZAMBI,
FAGHFIRLII DZAMBI JAMII’AN, INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA. WAHDINII
LI AHSANIL AKHLAAQI LAA YAHDII LI AHSANIHAA ILLA ANTA, WASHRIF ‘ANNII
SAYYI-AHAA LAA YASHRIFU ‘ANNII SAYYI-AHAA ILLA ANTA LABBAIKA WA SA’DAIKA, WAL
KHAIRU KULLUHU FII YADAIKA. WASY SYARRULAISA ILAIKA. [WAL MAHDIYYU MAN
HADAITA]. ANA BIKA WA ILAIKA [LAA MANJAA WALAA MALJA-A MINKA ILLA ILAIKA.
TABAARAKTA WA TA'AALAITA ASTAGHFIRUKA WAATUUBU ILAIKA"
yang artinya:
"Aku hadapkan
wajahku kepada Pencipta seluruh langit dan bumi dengan penuh kepasrahan dan aku
bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku
semata-mata untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sesuatu pun yang
menyekutui-Nya. Demikianlah aku diperintah dan aku termasuk orang yang
pertama-tama menjadi muslim. Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tiada Ilah selain
Engkau semata-mata. [Engkau Mahasuci dan Mahaterpuji], Engkaulah Rabbku dan aku
hamba-Mu, aku telah menganiaya diriku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah
semua dosaku. Sesungguhnya hanya Engkaulah yang berhak mengampuni semua dosa.
Berilah aku petunjuk kepada akhlaq yang paling baik, karena hanya Engkaulah
yang dapat memberi petunjuk kepada akhlaq yang terbaik dan jauhkanlah diriku
dari akhlaq buruk. Aku jawab seruan-Mu, sedang segala keburukan tidak datang
dari-Mu. [Orang yang terpimpin adalah orang yang Engkau beri petunjuk]. Aku
berada dalam kekuasaan-Mu dan akan kembali kepada-Mu, [tiada tempat memohon
keselamatan dan perlindungan dari siksa-Mu kecuali hanya Engkau semata]. Engkau
Mahamulia dan Mahatinggi, aku mohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah)
6.
Bacalah ta’awudz dengan
pelan:
Kemudian Rasulullah SAW membaca ta’awwudz dengan
mengucapkan ”A’udzubillahi minasyaithanirrajim min hamazihi wanafkhihi
wanafatsihi” (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk dari
semburannya, kesombongannya, dan embusannya) (HR Abu Daud, Ibnu Majah,
Daruquthni & Hakim).
Terkadang Beliau SAW menambahinya dengan
”A’udzubillahis-samii’il’alim minasysyaithaanirrojim” (Aku berlindung kepada
Allah Yang Maha mendengan lagi Mahamengetahui dari godaan setan yang terkutuk)
(HR Abu Daud, Tirmidzi & Ahmad).
7.
Bacalah Surat
Al-fatihah, dan sebelumnya membaca basmalah dengan pelan, dan
berhenti di setiap akhir ayat.
”Tidak sah shalat seseorang apabila belum membaca
surah al-Faatihah (dan seterusnya). (HR Bukhari, Muslim dan Baihaqi)
Adapun
pada Shalat-Shalat yang harus membaca tanpa suara, Rasulullah SAW telah
menetapkan keharusan membaca al-Qur an padanya.
Jabir
berkata ”Kami membaca al-Faatihah dan surah al-Qur’an pada Shalat Zhuhr dan
Ashr dibelakang imam pada dua rakaat pertama, sedangkan pada dua rakaat
berikutnya membaca al-Faatihah (saja).”(Riwayat Ibnu Majah).
Pada
Shalat Shubh dan pada rakaat pertama dan kedua pada Shalat Maghrib dan ’Isya,
Rasulullah SAW membaca al-Faatihah dan surah lainnya dengan suara keras.
Sedangkan pada Shalat Zhuhr dan Ashr Beliau SAW membacanya dengan tanpa suara.
Para sahabat mengetahui apa yang dibaca oleh Rasulullah SAW dalam Shalat-shalat
yang tanpa suara dari gerakan jenggotnya dan terkadang Nabi SAW sendiri
memperdengarkan bacaannya. Demikian penjelasan Bukhari dan Abu Daud.
Beliau
SAW juga membaca dengan mengangkat (mengeraskan) suara pada Shalat Jum’at ,
’Idul Fitri, ’Idul Adha, Istisqa’ (Shalat meminta hujan), dan Shalat Kusuf
(gerhana).
8.
Ucapkanlah amiin setelah
selesai Al-fatihah, baik jadi imam, makmum, maupun shalat sendiri.
9.
Keraskan
bacaan amiin jika anda menjadi makmum.
8,9. Dalam hadits riwayat Bukhari dan
Abu Daud disebutkan bahwa ketika Rasulullah SAW selesai membaca al-Faatihah,
Beliau SAW mengucapkan amin dengan suara jelas dan panjang. Orang-orang yang
bermakmumpun dianjurkan untuk mengucapkannya.
Sabda
Beliau SAW ”Apabila imam sholat mengucapkan ”Ghairilmaghdhuubi’alaihim
waladhaaliin” maka katakanlah ”Amin”. (Sesungguhnya malaikiat berkata ”Amin”
dan imampun mengucapkan ”Amin”).
Dalam
lafal lain disebutkan bahwa jika seorang imam sholat mengucapkan amin, maka
ikutilah dengan mengucapkan amin.
Apabila
ucapan amin itu bersama dengan ucapan malaikat, (Dalam lafal lain disebutkan :
Apabila seseorang mengucapkan amin dalam sholat, dan para malaikat di langit
mengucapkan amin dengan bersamaan) niscaya dosa-dosanya akan diampuni.” (HR
Bukhari, Muslim & Nasa’i).
Rasulullah
SAW juga bersabda ”Tidak ada suatu yang paling menjadikan orang-orang Yahudi
iri kepada kalian kecuali ucapan salam dan amin (dibelakang imam).” (HR Bukhari,
Ibnu Majah dan Ahmad).
10. Bacalah surat yang anda hafal.
11. Diam sejenak seusai baca surat.
12. Mulai rukuk dengan mengangkat kedua
tangan sejajar pundak atau telinga, ucapkanAllahu akbar sambil
bergerak turun.
13. Letakkan telapak tangan di lutut,
dengan posisi mencengkeram, jari-jari direnggangkan, dan siku agak
dibentangkan.
Kedua telapak tangan Beliau SAW tampak menekan kedua
lututnya (seakan-akan mencengkram keduanya). Beliau SAW merenggangkan
jari-jarinya. Lalu memerintahkannya kepada orang yang tidak benar Shalatnya
dalam sabdanya ”Jika engkau ruku letakkanlah kedua tangnmu di atas lututmu.
Kemudian renggangkanlah jari-jarimu sampai tulang belakangmu menjadi mapan
ditempatnya.” (HR Ibnu Khuzaimah & Ibnu Hibban).
Beliau SAW merenggangkan kedua sikunya dari
lambungnya. Ketika ruku Beliau SAW membentangkan dan meluruskan punggungnya
sampai-sampai jika dituangkan air dari diatasnya tidak akan tumpah, Lalu,
Beliau SAW bersabda kepada orang yang tidak benar Shalatnya ”Jika engkau ruku,
letakkanlah tangamu pada kedua lututmu. Lalu, bentanglah punggungmu
dan tekanlah tanganmu dalam rukumu.” (HR Ahmad & Abu Daud).
14. Punggung lurus, kepala lurus dengan
punggung, dan lakukan dengan thumakninah.
Beliau
SAW dengan thumaninah (tenang) dan memerintahkan demikian kepada orang yang
tidak benar Shalatnya sebagaimana yang dijelaskan diatas. Sabda Beliau SAW
”Sempurnakanlah ruku dan sujudmu. Demi jiwaku yang berada dalam genggamanNya,
sesungguhnya aku benar-benar melihat kamu dari balik punggungku saat kamu ruku
dan sujud.” (HR Bukhari & Muslim).
Dalam
riwayat Ath-Thayalisi dan Ahmad, Abu Hurairah berkata ”Kekasihku Rasulullah SAW
melarangku bersujud dengan cepat seperti halnya ayam yang mematuk makanan,
menoleh-noleh seperti musang dan duduk sepeti kera.”
Rasulullah
SAW juga bersabda ”Pencuri yang paling jahat adalah pencurian yang
mencuri dalam Shalatnya.” Para sahabat bertanya ”Wahai Rasulullah bagaimana
yang dimaksud dengan mencuri dalam Shalat itu?” Rasulullah menjawab ”Yaitu
orang yang tidak sempurna ruku dan sujudnya dalam sholat.” (HR Thabrani dan
Hakim).
Ketika
sedang sholat, Beliau SAW melirik orang yang sujud dan ruku dengan punggung
tidak lurus. Usai sholat Beliau SAW bersabda ”Wahai kaum muslimin,
sesungguhnya TIDAK SAH shalat seseorang yang tidak meluruskan punggungnya dalam
ruku dan sujud.” (HR Ibnu Majah & Ahmad).
15. Bacalah du’a rukuk setelah anda
sempurna rukuk:
a.
”Subhana
rabbiyal’azhim” (3x) (”Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung”) (Dibaca 3 kali)
(HR.
Ahmad, Abu Daud & Ibnu Majah). Terkadang membacanya lebih dari 3 kali (yang
menunjukkan lamanya sholat Beliau SAW).
Bahkan
pada suatu kali dalam Shalat lain Beliau SAW membacanya dengan mengulang-ulang
sehingga lama ruku’nya sama dengan lama berdirinya. Padahal Beliau membaca 3
surah panjang (al-Baqarah, an-Nisaa dan Ali Imran) diselingi dengan doa-doa dan
istighfar.
b.
”Sub hana
rabbiyal’azhimi wabihamdih” (3x) (”Mahasuci dan Mahaagung Allah, segala puji
bagiNya”) (Dibaca 3 kali) (HR Abu Daud, Daruquthni, Ahmad & Thabrani).
c.
”Subhanaka
allahumma wabihamdika allahummagh firli” (”Mahasuci Engkau wahai Tuhan dan
dengan memujiMu ampunilah aku”)
Rasulullah
SAW memperbanyak du'a ini dalam ruku dan sujudnya.
d. d. Dan lain-lain.
16. Bangkit, sambil mengucapkan:
Kemudian Rasulullah SAW bangkit dari ruku sambil
mengucapkan ”Sami'allahu liman hamidah” (Allah mendengar ornag yang memujiNya”)
(HR Bukhari & Muslim).Beliau SAW memerintahkan demikian kepada orang yang
tidak benar sholatnya dalam sabdanya ”Tidak sempurna sholat seseorang sehingga
bertakbir. Kemudian ruku lalu mengucapkan Sami’a Allahu liman hamidah (Allah
mendengar orang yang memujiNya) sampai berdiri dengan tegak”(HR Abu Daud dan
Hakim)
17. Disambung dengan bacaan:
Ketika berdiri dengan tegak Beliau mengucapkan
”Rabbanaa walakal hamdu” (”Wahai Tuhan kami dan segala puji hanyalah milik-Mu”)
(HR Bukhari dan Ahmad)
Rasulullah SAW memerintahkan demikian kepada semua
orang yang sholat, baik makmum maupun bukan makmum dalam sabdanya ”Shalatlah
seperti kalian melihatku shalat” (HR Bukhari & Ahmad).
Rasulullah SAW juga bersabda ”Sesungguhnya imam
dijadikan tiada lain untuk diikuti. Jika imam mengucapkan ’Sami’a Allhu
liman Hamidah’, maka ucapkanlah Allahumma walakal hamdu.’
Pasti Allah mendengar ucapan kalian. Sesungguhnya
Allah berfirman melalui ucapan RasulNya, ’Sami’a Allahu liman Hamidah’.” (HR
Muslim, Abu Uwanah, Ahmad & Abu Daud).
Penyebab masalah ini dipertegas dalam hadits lain
”Sesungguhnya barangsiapa yang ucapannya itu berbarengan dengan ucapan
malaikat, maka ia akan diampuni dosa-dosa yang telah dilakukannya sebelumnya.”
(HR Bukhari & Muslim).
Rasulullah SAW mengangkat tangan saat berdiri i’tidal
seperti telah dijelaskan pada takbiratul ihram diatas, dengan mengucapkan
bacaan berikut :
1. ”Rabbanaa
walakal hamdu” (HR Bukhari & Muslim). Masalah mengangkat tangan ini
sanadnya benar-benar dari Rasulullah SAW. Pendapat ini juga diperkuat oleh
jumhur ulama dan sebagian penganut mazhab Hanafi.
2. ”Rabbana lakal
hamdu” (HR. Bukhari & Muslim).
3. ”Allahumma
rabbana walakal hamdu” (HR Bukhari & Muslim)
4. ”Allahumma
rabbana lakal hamdu” (HR Bukhari & Muslim).
5. Rasulullah SAW
memerintahkan berbuat demikian dalam sabdanya ”Apabila imam mengucapkan ’Sami’a
Allahu liman hamidah’ maka ucapkanlah ’Allahumma Rabbana lakal hamdu’.
Barangsiapa yang ucapannya bersamaan dengan ucapan malaikat niscaya akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari & Muslim).
6. Terkadang
Beliau SAW menambah dengan lafal ”Milussamawaati wamil ul ardli wamil
umaasyikta min syai in ba’du.” (Mencakup seluruh langit dan bumi dan semua yang
Engkau kehendaki selain dari itu.” (HR Muslim & Abu Uwanah).
7. Dan lain-lain.
dalam posisi sudah berdiri
sempurna
18. Dianjurkan untuk memperlama berdiri
i’tidal dan bersikap tenang.
Lama berdiri i’tidal Rasulullah SAW sama seperti
rukunya, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Bahkan kadang Rasulullah
SAW berdiri lama sampai dianggap lupa oleh sahabatnya karena lamanya Beliau
berdiri. Demikian yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ahmad.
Rasulullah SAW bersabda ”Kemudian tegakkanlah kepalamu
sampai engkau berdiri tegak (sampai semua tulang kembali menempati tempatnya
masing-masing). (Dalam sebuah riwayat dikatakan : Apabila kamu berdiri i’tidal,
maka tegakkanlah kepalamu sampai tulang-tulang kembali kepada posisinya
semula).” (HR Bukhari, Muslim, Hakim & Ahmad).
Beliau juga bersabda ”Allah tidak akan melihat
shalat seorang hamba yang tidak meluruskan tulang punggungnya antara ruku dan
sujudnya.” (HR Ahmad & Thabrani)
19. Turunlah menuju sujud sambil
bertakbir: Allahu akbar dan Mendahulukan Kedua Tangan
Setelah i’tidal Rasulullah SAW bertakbir dan turun
bersujud. Beliau SAW memerintahkan yang demikian ini kepada orang yang tidak
benar sholatnya dalam sabdanya ”Tidaklah sempurna shalat seseorang sampai ia
mengucapkan ’Sami’ Allahu liman hamidah’ sampai tegak berdiri. Kemudian
mengucapkan takbir, lalu bersujud sampai ruas tulang belakangnya kembali
sempuran.” (HR Abu Daud & Hakim).
Dalam hadits riwayat Abu Ya’la dan Ibnu Khuzaimah
disebutkan bahwa jika hendak sujud, Nabi SAW mengucapkan takbir (dan Beliau SAW
merenggangkan tangannya dari lambungnya), lalu bersujud.
Sedangkan dalam riwayat Nasa’i dan Daruquthni
disebutkan bahwa kadang Beliau SAW mengangkat kedua tanganya bila hendak
bersujud.
Rasulullah SAW meletakkan kedua tangannya di atas
tanah sebelum kedua lututnya. Beliaupun memerintahkan sahabatnya melakukan hal
demikian ”Apabila seseorang dari kalian hendak bersujud, hendaknya tidak
melakukannya seperti duduknya unta. Tetapi hendaknya meletakkan tangannya
sebelum meletakkan kedua lututnya.” (HR Abu Daud dan Nasa’i).
Beliau SAW bersabda, ”Sesungguhnya kedua tangan turut
bersujud sebagaimana sujudnya wajah. Apabila seseorang dari kalian meletakkan
wajahnya diatas tanah, maka hendaklah meletakkan juga kedua tangannya. Apabila
mengangkat wajahnya maka hendaknya mengangkat juga kedua tangannya.” (HR Ibnu
Khuzaimah, Ahmad & Siraj).
Dalam bersujud Beliau meletakkan telapak tangannya,
mengembangkannya (HR Abu Daud dan Hakim serta dibenarkan olehnya serta
disetujui oleh Zahabi), serta mengarahkannya ke arah kiblat (HR Ibnu Khuzaimah,
Baihaqi dan Hakim serta dibenarkan olehnya dan setujui oleh Zahabi).
20. Sujud dengan bertumpu pada 7
anggota badan: wajah (kening dan hidung), dua telapak tangan, dua lutut, dan
dua ujung kaki.
Inilah tujuh
anggota yang dipergunakan Nabi SAW untuk bersujud, yaitu dua telapak tangan,
dua lutut, dua kaki, dahi dan hidung.Rasulullah SAW menjadikan dua anggota
terakhir (dahi dan hidung) menjadi satu dalam sujud.Beliau
SAW bersabda ”Aku perintahkan untuk bersujud, (dalam riwayat lain disebutkan :
Kami diperintahkan untuk bersujud dengan menggunakan 7 anggota badan) yaitu
dahi, (dan menunjuk hidungnya dengan tangan) serta kedua tangan, (Dalam lafal
lain disebutkan : Dua telapak tangan, dua lutut, ujung kedua telapak kaki, dan
kami tidak boleh menyibak baju dan rambut).” (HR Bukhari dan Muslim).
Beliau
bersabda ”Apabila seorang hamba bersujud, hendaklah menyertakan 7 anggota badan
(wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua telapak tangan).” (HR
Muslim, Abu Uwanah dan Ibnu Hibban).
Dalam hadits
riwayat Muslim, Abu Uwanah dan Ibnu Hibban disebutkan bahwa Nabi SAW
berkomentar terhadap orang yang sholat sedangkan rambutnya diikat dari
belakang, ”Orang yang sholatnya seperti itu sama halnya dengan orang yang
sholat menggelung rambunya.” (Maksudnya adalah menyibak lengan baju dan rambut
agar tidak terurai ke bawah pada waktu ruku atau sujud sebagaimana disebutkan
dalam kitab an-Nihayah.
Larangan ini tidak hanya pada waktu
shalat. Bahkan apabila sebelum masuk sholat dia melakukannya maka menurut
jumhur ulama tidak dibolehkan. Hal ini diperkuat oleh larangan Nabi SAW pada
seorang laki-laki yang menyibak rambutnya saat sujud.)
21. Posisi jari tangan dirapatkan
menghadap kiblat, telapak tangan sejajar pundak atau sejajar telinga.
Beliau meletakkan kedua tangannya sejajar dengan kedua
bahunya (HR Baihaqi dengan sanad yang sahih, Ibnu Abi Syaibah (1/82/2) dan
Siraj dari jalur lain), dan terkadang sejajar dengan kedua telinganya (HR Abu
Daud dan Tirmidzi serta dibenarkan olehnya dan Ibnu Mulqin (27/2).
Disebutkan
dalam kitab Irwa’u al-Ghalil).
Dalam
hadits riwayat Abu Daud dan Ahmad disebutkan bahwa Nabi SAW menekan hidung
dan dahinya ke tanah. Beliau berkata kepada orang yang shalatnya tidak benar
”Jika engkau bersujud maka lakukanlah dengan menekan.”
Dalam
riwayat lain disebutkan ”Bila engkau bersujud, maka lakukanlah dengan cara
menekan wajah dan kedua tanganmu sampai seluruh ruas tulangmu kembali ke
tempatnya.” (HR Ibnu Khuzaimah.)
Beliau
bersabda, ”TIDAK SAH shalat seseorang yang hidungnya tidak menyentuh tanah
sebagai mana halnya dahinya.” (HR Daruquthni, Thabrani dan Abu Na’im).
Beliau
menekan kedua lututnya dan ujung kedua telapak kakinya. Menghadapkan ujung
jarinya ke arah kiblat, merapatkan tumitnya dan menegakkan telapak kakinya.
Beliau pun menyuruh berbuat demikian.
Beliau SAW memerintahkan melakukan hal itu dalam
sabdanya ”Apabila engkau bersujud, letakkanlah tanganmu dan angkatlah kedua
sikumu.” (HR Muslim dan Abu Uwanah).”Bersujudlah kamu dengan lurus dan
janganlah membentangkan kedua lenganmu seperti membentangkannya (dalam lafal
lain disebutkan : Seperti membentangkan kakinya) anjing.” (HR Bukhari, Muslim,
Abu Daud dan Ahmad).”Janganlah seseorang dari kalian membentangkan kedua
lengannya seperti anjing membentangkan kakinya.” (HR Ahmad dan
Tirmidzi).”Janganlah kamu membentangkan kedua lenganmu (seperti binatang).
Tetapi tegakkanlah lengamu dan jauhkanlah dari lambungmu. Karena bila engkau
melakukan seperti itu maka setiap anggota badan ikut bersujud denganmu.” (HR
Ibnu Khuzaimah dan Hakim)
22. Tenang dan bacalah doa sujud:
1. ”Subhana
rabbiyal a’la” (”Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi”), tiga kali atau lebih.
Pernah dalam sholat malam Rasulullah SAW mengucapkan berulang-ulang
sehingga lama sujudnya hampir sama dengan berdirinya. Padahal dalam berdirinya
Beliau SAW membaca 3 surah yang panjang (al-Baqarah, an-Nisaa dan Ali Imran),
diselingi dengan bacaan doa dan istighfar sebagaimana yang dijelaskan dalam
sholat lail (malam, tahajjud)
2. ”Subhaana
rabbiyal a’la wabihamdih.” (”Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi dan segala puji
bagiNya”).
3. ”Subbuuhun
qudduusun rabbul malaaikati warruuhu.” (”Mahasuci dan Mahakudus, Tuhan malaikat
dan ruh).
4. ”Subhaanaka
allahumma rabbanaa wabihamdika allahummaghfirlii.” (”Mahasuci Engkau, wahai
Tuhan, Tuhan kami dan dengan memujiMu wahai Tuhan, ampunilah aku”). (HR Bukhari
dan Muslim). Bacaan ini banyak Beliau SAW baca pada saat ruku dan sujudnya
sebagaimana yang diperintahkan al-Qur’an.
5. Dan lain-lain.
Rasulullah SAW melarang membaca al-Qur’an ketika ruku
dan sujud. Namun Beliau SAW menyuruh untuk bersungguh-sungguh dan memperbanyak
doa waktu sujud sebagaimana diterangkan dalam bab Ruku.Rasulullah SAW bersabda
”Seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang sujud
maka perbanyaklah doa (dalam sujud).” (HR Muslim, Abu Uwanah dan Baihaqi).
Keutamaan Sujud
Rasulullah SAW bersabda ”Tidak ada seorang pun dari
umatku kecuali aku mengenalnya pada hari kiamat kelak.” Para sahabat bertanya
”Wahai Rasulullah bagaimana Anda mengenal mereka padahal mereka berada diantara
banyak makhluk?” Beliau bersabda ”Bagaimana pendapatmu jika diantara kumpulan
kuda yang berwarna hitam terdapat seekor kuda yang berwarna putih di dahinya
dan pada kaki-kakinya” Bukankah engkau dapat mengenalinya?” Jawab mereka
”Ya.”Beliau bersabda ”Sesungguhnya pada hari itu umatku memancarkan cahaya
putih dari wajahnya yang bekas sujud dan cahaya putih diwajar, tangan dan kaki
yang bekas wudhu.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).Beliau SAW juga bersabda ”Jika Allah
ingin memberikan rahmat kepada ahli neraka maka Allah memerintahkan malaikat
untuk mengeluarkan mereka yang menyembah Allah lalu malaikat mengeluarkan mereka.
Mereka dikenal karena ada bekas sujud pada wajahnya dan Allah mengharamkan
neraka untuk memakan tanda bekas sujud sehingga mereka dikeluarkan dari neraka.
Semua anggota anak Adam akan dimakan oleh api neraka kecuali tanda bekas
sujud.” (HR Bukhari & Muslim).
Sujud Diatas Tanah Dan Tikar
Rasulullah SAW biasa sujud diatas tanah karena masjid
Beliau tidak beralaskan tikar atau lainnya. Banyak hadits yang menerangkan hal
ini diantaranya hadist Abu Said al-Khudri.Dalam hadits riwayat Muslim dan Abu
Uwanah disebutkan bahwa para sahabat melakukan sholat berjamaah bersama Beliau
ketika cuaca sangat panas. Jika diantara mereka ada yang tidak sanggup
menempelkan dahinya ke tanah, maka dia membentangkan kainnya dan sujud diatas
kain tersebut.Rasulullah SAW bersabda ”Bumi seluruhnya telah dijadikan sebagai
masjid dan alat untuk bersuci (tayamum) bagiku dan seluruh umatku. Untuk itu
dimana saja seseorang dari umatku menemui waktu sholat maka disitulah masjidnya
dan alat bersucinya. Sebelumku mereka tidak dapat melakukan demikain karena
meraka sholat di gereja-gereja dan kuil-kuil.” (HR Ahmad dan Baihaqi).Terkadang
Beliau SAW melaksanakan sholat diatas tanah yang becek. Hal ini pernah terjadi
pada pagi hari tanggal 12 Ramadhan ketika turun hujan dan halaman masjid tergenang
air sedangkan atapnya terbuat dari pelepah kurma. Sehingga Rasulullah SAW
terpaksa sujud diatas tanah yang becek. Abu Sa’id al-Khudri dalam riwayat
Bukhari dan Muslim berkata ”Saya melihat Rasulullah dan dikening serta hidung
Beliau terlihat bekas lumpur.”Sementara itu dalam hadits riwayat Bukhari dan
Muslim disebutkan bahwa kadang Rasulullah SAW sholat diatas khumrah (tikar atau
anyaman selebar sapu tangan) atau diatas tikar kecil. Nabi SAW pernah sujud
diatas tikar yang sudah hitam karena sudah lama dipakai.
23. Bangkit dari sujud sambil membaca
takbir: Allahu akbar, kemudian duduk iftirasy.
Rasulullah SAW mengangkat kepalanya dari sujud
(i’tidal) seraya mengucapkan takbir. Beliau SAW memerintahkan orang yang salah
dalam shalatnya untuk melakukan yang demikian, ”Tidak sempurna shalat seseorang
hinga sujud sampai tulang punggungnya tenang, kemudian mengucapkan Allahu
Akbar. Lalu bangkit dari sujud sehingga duduk dengan tegak.” (HR Ahmad dan Abu
Daud).Terkadang Beliau SAW mengangkat kedua tangannya seraya mengucapkan
takbir. Kemudian membentangkan kaki kiri dan duduk diatas telapaknya dengan
tenang. Beliau SAW juga menyuruh orang yang salah dalam shalatnya untuk
melakukannya dan Beliau bersabda kepada orang itu”Jika kamu bersujud maka
hendaknya kamu menekan. Apabila bangkit dari sujud (i’tidal) maka duduklah
diatas betis kirimu.” (HR Bukhari dan Baihaqi).Beliau SAW menegakkan kaki
kanannya dan menghadapkan jari-jari kanannya ke arah kiblat.
24. Punggung tegak, letakkan telapak
tangan di atas paha atau lutut, posisi jari agak renggang
25. Baca du’a:
Ketika
duduk diantara du'a sujud Rasulullah SAW membaca doa sebagai berikut :
1.
”Rabbighfirlii
warhamnii wajburnii warfa’nii, wahdinii, wa’aanifinii, warzuqnii.” (”Ya Allah
ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah
aku petunjuk, jadikanlah aku sehat dan berilah rizki.” (HR Daud, Tirmidzi dan
Ibnu Majah).
2.
”Rabbighfirlii
rabbighfirlii.” (Wahai Tuhan, ampunilah aku, ampunilah aku”) Beliau kadang
membaca kedua du’a tersebut ketika sholat malam. Kemudian Beliau bertakbir dan
sujud yang kedua kalinya.
26. Kemudian bergerak turun sambil
bertakbir. Dan sujudlah sebagaimana cara yang pertama.
Bangkit
dari sujud, tanpa membaca takbir, lakukanlah duduk istirahat sejenak, denganPosisi
duduk iftirasy.
27. Kemudian berdiri ke rakaat
berikutnya dengan bertumpu pada kedua tangan, sambil bertakbir.
28. Berdirilah sempurna dan langsung
sedekap.
29. Lakukan seperti yang anda lakukan
pada rakaat sebelumnya.
30. Setelah anda mendapatkan dua
rakaat, bertakbir kemudian duduk tasyhud awal. duduk iftirasy,
31. letakkan telapak tangan di atas
paha atau lutut, posisi jari agak renggang, acungkan jari telunjuk tangan kanan
32. Baca doa tasyahud awal:
I.
Tasyahhud Ibnu
Mas’ud
Ibnu Mas’ud
mengatakan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan tasyahhud sambil menggenggam
tangannya seperti Beliau mengajarkan surah al-Qur’an,
”Attahiyyatulillah,
washalawaatu wath-thayyibaatu, assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu ……
(Semua ucapan penghormatan,
pengagungan, dan pujian hanya milik Allah. Segala pemeliharaan dan pertolongan
Allah akan diberikan untukmu, wahai Nabi ……….) (dan seterusnya).
II.
Tasyahhud Ibnu
Abbas.
Ibnu Abbas berkata ”Rasulullah
telah mengajarkan kepada kami tasyahhud sebagaimana Beliau mengajarkan kepada
kami surah al-Qur’an dimana bacaan tersebut berbunyi, ”Attahiyyaatul
mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatulillah, assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu
warahmatullaahi bawarakaatuh …… (Segala ucapan penghormatan, berkah dan
karunia, ucapan pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah. Semua perlindungan
dan pmeliharaan akan diberikan untukmu, wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah
dan karuniaNya. …..) (dan seterusnya).
III.
Tasyahhud Ibnu
Umar
Rasulullah SAW
mengucapkan dalam tasyahhudnya,
”Attahiyyatulillah, washalawaatu
wath-thayyibaatu, assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh
….. (Semua ucapan penghormatan milik Allah, begitu pula kurnia dan pengagungan.
Segala pertolongan dan pemeliharaan akan diberikan untukmu, wahai Nabi ……….)
(dan seterusnya).
Perlu
diperhatikan :
Lafal
assalaamu’alaika ini hanya diucapkan pada saat Rasulullah SAW masih hidup saja
oleh para sahabat. Ketika Rasulullah SAW sudah meninggal, para sahabat tidak
lagi menggunakan katakata assalaamu’alaika lagi tetapi menggantinya dengan
menggunakan kata assalaamu’alannabi.
Demikian
yang telah dijelaskan oleh Ibnu Mas’ud.
Ibnu
Mas’ud berkata ”(Tasyahhud No. 1 itu digunakan) Pada saat itu Beliau (Nabi SAW)
berada bersama kami, namun setelah Beliau SAW wafat, kami mengucapkan
’Assalaamu’alannabi ……. ( sampai dengan selesei)’.” Hadits ini diriwayatkan
oleh al-Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah, II/90/I juga oleh Siraj dan Abu
Ya’la dalam Musnadnya II, halaman 528 hadits ini ditakhrij dalam kitab Irwaa’ul
Ghaliil No. 321.
Demikian
juga Ibnu Hajar yang berkata ” Benar telah sahih riwayat itu tanpa keraguan
(karena telah tetap riwayat tersebut dalam sahih al-Bukhari). Dan sungguh aku
telah jumpai mutaba’an (riwayat yang lain) yang menguatkannya.” ’Abdur razzaq
berkata :
Ibnu
Juraij mengabarkan kepadaku, ia berkata, ’Atha’ mengabarkan kepadaku
bahwasannya para sahabat dahulu ketika Nabi SAW masih hidup mengucapkan
assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu. Setelah Beliau SAW wafat mereka mengucapkan
assalaamu’alannabi. Riwayat ini sanadnya shahih.
Untuk
lebih jelas pembahasan masalah ini silahkan membaca buku ”Biografi Syaikh
Al-Albani Mujaddin Dan Ahli Hadits Abad Ini” karangan Mubarak bin Mahfudh
Bamuallim LC. Diterbitkan oleh Pustaka Imam Asy-Syafi’i, dalam bab
’Sunnah-Sunnah Yang Dihidupkan Oleh Imam Al-Albani’, halaman 101.
33. Dianjurkan untuk ditambah
dengan bacaan shalawat:
Rasulullah SAW membaca shalawat untuk dirinya pada
tasyahhud awal dan lainnya. Beliau SAW menganjurkan umatnya untuk melakukan itu
seperti Beliau memerintahkan untuk mengucapkan shalawat setelah mengucapkan
salam kepadanya. Beliau SAW mengajarkan kepada para sahabat berbagai macam
lafal shalawat. Diantaranya adalah sebagai berikut,
1. “Allahumma
sholi ‘ala muhammad, wa’ala ahli baitih, wa’ala azwaajihi, wadzurriyyatihi, kamaa
shallaita ‘ala aali ibraahim, innaka hamiidun majiid, wabaarik ‘ala muhammad,
wa’ala azwaajihii wadzurriyyatihi, kamaa baarakta ‘ala baitihi aali ibraahim
innaka hamiidun majid(Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad
keluarganya, istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau (Allah) telah
berikan kepada keluarga Ibrahim. …… (dan seterusnya).Inilah lafal shalawat yang
biasa dibaca Nabi SAW.
2. “Allahumma shalli
‘ala muhammad, wa’ala aali muhammad, kamaa shallaita ‘ala ib-rahiim, wa’ala
ib-rahiim, innaka hamiidum majiid, Allahumma baarik ‘ala muhammad, wa’ala aali
muhammad, kamaa baarakta ‘ala ib-rahiim, wa’ala ib-rahiim, innaka hamiidum
majiid” (Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana
Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan kepada keluarganya.
Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung ………(dan seterusnya).
3. Dan lain-lain.
34. Bangkit dengan membaca Allahu
akbar. Dan setelah sempurna berdiri angkatlah kedua tangan dan bersedekaplah.
35. Setelah di rakaat terakhir,
duduknya tanyahud akhir dengan posisi tawarruk. Posisi tangan di atas paha,
acungkan telunjuk tangan kanan.
36. Bacalah tasyahud dan shalawat:
Nabi
SAW pernah mendengar seseorang mengucapkan du’a dalam shalatnya tetapi tanpa
mengucapkan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi SAW, lalu Beliau SAW
bersabda kepadanya, “Orang ini tergesa-gesa”. Kemudian Beliau SAW memanggil
orang itu lalu bersabda kepadanya dan orang yang lainnya,
“Bila
seseorang shalat, hendaklah ia memulainya dengan bacaan tahmid dan pujian
kepada Allah ‘azza wa jalla. Kemudian mengucapkan shalawat Nabi lalu
memanjatkan do’a yang diinginkannya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Hakim).
Rasulullah
SAW melihat seseorang sedang shalat. Kemudian ia membaca hamdalah dan memuji
Allah lalu mengucapkan shalawat Nabi.
Beliau
SAW bersabda kepadanya ”Memohonlah niscaya akan dikabulkan dan mintalah niscaya
akan diberi.” (HR. Nasa’i).
37. Berdoalah memohon perlindungan dari
4 hal:
Nabi
SAW bersabda, ”Bila seseorang selesai membaca tasyahud (akhir), hendaklah ia
memohon perlindungan kepada Allah dari 4 perkara. Yaitu ’Allahumma innii
a’uudzubika min ’adzaabi jahannam wamin ’adzaabil qobri, wamin fitnatil mahyaa
wal mamaat, wamin syarri fitnatil masiihid dajjaal’
(Ya
Allah aku berlindung kepadaMu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa
kubur,
dari fitnah hidup dan mati, dari fitnah Dajjal’. Selanjutnya hendaklah ia
berdo’a memohon kebaikan untuk dirinya sesuai kepentingannya”. (HR. Muslim, Abu
Uwanah, dan Nasa’i).
Menurut
Abu Daud dan Ahmad, Nabi SAW biasa membaca do’a tersebut dalam tasyahhudnya.
Nabi SAW mengajarkan do’a tersebut kepada para sahabatnya seperti Beliau SAW
mengajarkan surah Al-Qur’an kepada mereka.
38. Anda boleh berdoa yang lainnya:
اللَّهُمَّ أعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ
وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
39. Selanjutnya salam, menoleh ke kanan
sampai kelihatan pipi kanan dari belakang dengan mengucapkan:
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
40. Dan salam ke kiri sampai kelihatan
pipi kiri dari belakang dengan mengucapkan:
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
41. Baca istighfar dan lanjutkan
berdzikir. Semoga Allah menerima ibadah kita
42. Lakukanlah dalam setiap gerakan
Shalat dengan Tuma'ninah
Note: Abu
Daud, Ibnu Hibban dan Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menyuruh
membetulkan imam yang salah membaca al-Qur an. Beliau pernah melakukan Shalat
dan salah dalam membaca al-Qur an. Usai Shalat Beliau bertanya kepada Ubay,
”Apakah engkau Shalat bermakmum dengan saya?” Ubay menjawab ”Benar” Beliau
menimpali ” Kenapa tidak membetulkan bacaanku yang salah?”
Beliau SAW melarang membaca al-Qur
an saat ruku dan sujud dalam sabdanya ”Ketahuilah sesungguhnya aku melarang
bacaan al-Qur an saat ruku. Hendalah kalian mengagungkan Tuhan Yang
Mahaperkasa. Sedangkan dalam bersujud hendaknya bersungguh-sungguhlah berdoa
karena doa itu tentu dikabulkan.” (HR Muslim & Abu Uwanah).
Mengusapkan
tangan ke muka TIDAK termasuk gerakan shalat.
Video